Selamat Datang di Website INFO PENDIDIKAN | Kami Menerima Pesanan Pembuatan RPP K-13 Revisi 2017 (Lengkap dengan buku 1 dan buku 2) Hubungi No WA: 082168321603 | Terimakasih Kunjungannya.

Trimakasih telah berkunjung di zainalinfopendidikan.com Kami selalu menunggu kunjungan Anda berikutnya! Salaaaaaaam dari ZAINAL ABIDIN, S.Pd (Guru SMA Negeri Unggul Pidie Jaya) Untuk mendapatkan informasi terbaru silahkan bergabung dengan cara klik disini ----> FACEBOOK ZAINAL ABIDIN atau FACEBOOK INFO PENDIDIKAN

SOAL PERSIAPAN PRE-TES PKB 2017 DAN PEMBAHASAN KOMPETENSI PEDAGOGIK

SEBAGAI BAHAN BELAJAR BAPAK IBU YANG AKAN MENGIKUTI PRE-TES PKB 2017 KHUSUSNYA KOMPETENSI PEDAGOGIK BACA SOAL DAN PEMBAHASAN KOMPETENSI PEDAGOGIK BERIKUT 


1.       Kemampuan berikut ini yang merupakan perkembangan kognitif adalah…
A.        kemampuan berkomunikasi
B.         kemampuan berinteraksi
C.         kemampuan untuk mengintegrasikan diri
D.        Kemampuan untuk memecahkan masalah


2.  Kemampuan berfikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika tapi masih terkait dengan obyek-obyek bersifat konkrit merupakan ciri-ciri kemampuan anak berusia
A. 0 - 2 tahun
B. 2 -- 7 tahun
C. 7 -- 11/12 tahun
D. 11/12/ -- 14/15 tahun


3.    Faktor utama yang memengaruhi perkembangan kognitif peserta didik  adalah . . .
A.     perasaan
B.      gaya pengasuhan
C.      psikologis
D.      individu


4.   Menggunakan potongan sapu lidi, kelereng, globe, gambar-gambar yang menyangkut
pembelajaran IPA serta IPS sebagai media adalah sesuai dengan tahapan                                   perkembangan berfikir anak yang dikenal sebagai tahapan

A. Pengamatan dan penginderaan yang intensif terhadap lingkunganya (sensomotor)
B. Dominasi pengamatan bersifat egosentris
C. Anak memahami bilangan dan angka tetapi masih terkait dengan obyek bersifat kongkrit (operasional konkrit)
D. Kemampuan mengoperasikan kaidah logika yang tidak terikat lagi dengan obyek                        yang bersifat konrit (operasional formal)


5.   Peserta didik telah memiliki yang memiliki moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Dia  mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.
Hal ini merupakan contoh perilaku moral-spritual pada tahapan ...

A.      penalaran pascakonvensional
B.      penalaran konvensional
C.      penalaran prakonvensional
D.      penalaran interkonvensional

6.  Individu memandang apa yang diharapkan oleh keluarga, kelompok, masyarakat dan bangsa serta setia mendukung aturan social bukan hanya untuk ketenangan tetapi disadari sebagai sesuatu yang berharga. Pernyataan tersebut merupakan tahapan perkembangan moral

A. Prekonvensional
B. Konvensional
C. Pascakonvensional
D. Interkonvensional
 


Soal Kesulitan Belajar Siswa

1. Memaksimalkan kegiatan ekstrakurikuler, melakukan rekreasi dengan guru, dan melakukan kegiatan informal lainnya memiliki fungsi untuk mengatasi kesulitan belajar dalam hal ….
Amengemukakan gagasan
B. mengaktualisasikan diri
C. penciptaan hubungan yang baik
D. menformulasikan tindakan

2. Tindakan yang paling tepat dilakukan pada saat siswa mengalami kesulitan memahami pelajaran yang sedang diajarkan adalah:
A. Mengulang kembali bahan yang diajarkan
B. Memberikan tugas agar siswa mempelajari bahan yang belum dipahami
C. Memberikan buku sumber untuk dipelajari siswa
D. Membantu setiap siswa yang mengalami kesulitan

3. Seorang peserta didik mampu mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru tetapi pada saat ditanya ia tidak mengerti apa yang ia dengar.  Peserta didik tersebut mengalami kesulitan/ gangguan belajar dalam hal ....
A.       kesulitan akademis
B.       gangguan simbolik
C.       gangguan nonsimbolik
D.       gangguan social

4. Perbedaan antara konseling dan wawancara terletak pada maksud dan tujuannya. Tujuan konseling adalah....
A. Membantu siswa agar dapat memecahkan masalah pribadinya
B. Menbantu siswa agar dapat melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya
C. Membantu siswa agar dapat mengatasi kesulitan belajar
D. Membantu siswa agar memperoleh informasi tertentu

5. Cara yang yang paling cepat dan akurat yang digunakan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik yang bersumber dari faktor sosial adalah …
A. sosiometri
B. angket
C. wawancara
D. brainstorming

6. Bila anda sebagai guru menemukan peserta didik mengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang  diberikan, tindakan apa yang akan dilakukan ?
 A. Memindahkantempat duduk peserta didik  ke meja yang paling depan
 B. Mengulangi penjelasan bahan ajar kepada seluruh peserta didik
 C. Memberikan bantuan belajar kepada peserta didik yang bersangkutan
 D. Menugaskan seluruh peserta didik membaca buku sumber

7. Peserta didik banyak meluangkan waktu untuk bermain dengan teman-temannya. Dia rela menghabiskan waktunya untuk teman daripada belajar. Ketika hasil tes dibagikan, serta didik mendapat nilai yang kurang memuaskan. berusaha menyadarkan siswa. hal tersebut merupakan penyadaran kesulitan belajar yang bersumber dari faktor ...
A. keluarga
B. sosial
C. kondisi fisik
D. intelektual

FAKTOR PENYEBAB DAN CARA MENGATASI KESULITAN BELAJAR ANAK

A.    Pengertian Kesulitan Belajar Siswa

Hamalik (hal: 1983) menyatakan kesulitan belajar dapat diartikan sebagai keadaan di mana peserta didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut tidak bisa diabaikan oleh seorang pendidik karena dapat menjadi penghambat tujuan pembelajaran. Kesulitan belajar tidak hanya disebabkan oleh faKtor intelegensi yang rendah, akan tetapi bisa disebabkan oleh faktor-faktor nonintelegensi. Oleh karena itu, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Wood (2007:33) menyatakan kesulitan belajar adalah suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan tersebut diakibatkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik maupun luar diri peserta didik.



B.  Jenis-Jenis Kesulitan Belajar Siswa
Empat jenis kesulitan/gangguan belajar dalam perkembangan seorang anak:
1.  Kesulitan belajar akademis, meliputi kesulitan membaca, kesulitan menulis, dan kesulitan berhitung.
2.   Gangguan simbolik,  yaitu ketidakmampuan anak untuk dapat memahami suatu obyek sekalipun ia tidak memiliki kelainan pada organ tubuhnya.
3.  Gangguan nonsimbolik, yaitu ketidakmampuan anak untuk memahami isi pelajaran karena ia mengalami kesulitan untuk mengulang kembali apa yang telah dipelajarinya.
4.  Ganguan sosial-emosional, yaitu gangguan yang berasal dari lingkungan dan emosi dalam diri anak.



C.  Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa. Penyebab kesulitan belajar antara lain sebagai berikut.

1. Faktor intelektual, yaitu inteligensi yang rendah dan terbatas;
2. Faktor kondisi fisik dan kesehatan, termasuk kondisi kelainan, seperti kurangnya gizi pada ibu hamil, bayi dan anak, kerusakan susunan dan fungsi otak, dan penyakit persalinan;
3. Faktor sosial,seperti pengaruh teman bermain, pergaulan dan lingkungan sekitar;
4. Faktor keluarga, seperti keadaan keluarga yang tidak baik dan kurangnya dukungan belajar dari orang tua.


D. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa
Cara mengatasi mengatasi kesulitan belajar adalah sebagai berikut.
1. tempat duduk siswa
Anak yang mengalami kesulitan pendengaran dan penglihatan hendaknya mengambil posisi tempat duduk bagian depan.
2. Gangguan kesehatan
Anak yang mengalami gangguan kesehatan sebaiknya diistirahatkan di rumah dengan tetap memberinya bahan pelajaran dan dibimbing oleh orang tua dan keluarga lainnya.
3. Program remedial
Siswa yang gagal mencapai tujuan pembelajaran akibat gangguan internal, perlu ditolong dengan melaksanakan program remedial.
4. Bantuan media dan alat peraga
Penggunaan alat peraga pelajaran dan media belajar kiranya cukup membantu siswa yang mengalami kesulitan menerima materi pelajaran. Misalnya,  karena materi pelajaran bersifat abstrak sehingga sulit dipahami siswa.
5. Suasana belajar menyenangkan
Suasana belajar yang nyaman dan menggembirakan akan membantu siswa yang mengalami hambatan dalam menerima materi pelajaran.


E. Rancangan Kegiatan Mengatasi Kesulitan Belajar Peserta Didik
Rancangan mengatasi kesulitan belajar peserta didik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara umum, prosedur bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut : (1) Identifikasi kasus; Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar. (2) Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan. (3) Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya. (4) Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya. Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa. (5) Melakukan analisis sosiometris; dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan Penyesuaian social


2.  Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks proses belajar mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek : (a) substansial – material; (b) struktural – fungsional; (c) behavioral; dan atau (d) personality. Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar aspek : (a) jasmani dan kesehatan; (b) diri pribadi; (c) hubungan sosial; (d) ekonomi dan keuangan; (e) karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran; (g) agama, nilai dan moral; (h) hubungan muda-mudi; (i) keadaan dan hubungan keluarga; dan (j) waktu senggang.

3.  Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus)
Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten.

Prinsip-Prinsip Perkembangan Kognitif Peserta Didik

Empat Tahap Perkembangan Kognitif Siswa Menurut Piaget
  1. tahap sensori motor (0–2 tahun),
    Pada tahap sensori motor (0-2 tahun) seorang anak akan belajar untuk menggunakan dan mengatur kegiatan fisik dan mental menjadi rangkaian perbuatan yang bermakna. Pada tahap ini, pemahaman anak sangat bergantung pada kegiatan (gerakan) tubuh dan alat-alat indera mereka.
  2. tahap pra-operasional (2–7 tahun),
    Pada tahap pra-operasional (2-7 tahun), seorang anak masih sangat dipengaruhi oleh hal-hal khusus yang didapat dari pengalaman menggunakan indera, sehingga ia belum mampu untuk melihat hubungan-hubungan dan menyimpulkan sesuatu secara konsisten.
  3. tahap operasional konkret (7–11 tahun),
    Pada tahap operasional konkret (7-11 tahun), umumnya anak sedang menempuh pendidikan di sekolah dasar. Di tahap ini, seorang anak dapat membuat kesimpulan dari suatu situasi nyata atau dengan menggunakan benda konkret, dan mampu mempertimbangkan dua aspek dari suatu situasi nyata secara bersamasama
    (misalnya, antara bentuk dan ukuran).
     (4) tahap operasional formal (11 tahun ke atas).
    Pada tahap operasional formal (lebih dari 11 tahun), kegiatan kognitif seseorang tidak mesti menggunakan benda nyata. Tahap ini merupakan tahapan terakhir dalam perkembangan kognitif.
    Perkembangan Moral
  1. Teori Kohlberg telah menekankan bahwa perkembangan moral didasarkan terutama pada penalaran moral dan berkembang secara bertahap yaitu: Penalaran prakovensional, konvensional, dan pascakonvensional.
    1) Tingkat Satu: Penalaran Prakonvesional
    Penalaran prakonvensional adalah tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman ekternal.
    2) Tingkat Dua: Penalaran Konvensional
    Penalaran konvensional adalah tingkat kedua atau tingkat menengah dari teori perkembangan moral Kohlberg. Seorang mentaati standar-standar (internal) tertentu, tetapi mereka tidak mentaati standar-standar (internal) orang lain, seperti orangtua atau masyarakat.
    3) Tahap Tiga: Penalaran Pascakonvensional
    Penalaran pascakonvensional adalah tingkat tertinggi dari teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas benarbenar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seorang mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki
    pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.
  2. Tipe-tipe Kepribadian Siswa
    Tipe kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:
  1. Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati kegembiraan, aktif bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas sosial.
  2. Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik.
  3. Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.
    Menurut Hippocrates dan Galenus (dalam Kurnia 2007)

  1. Bekal Awal Peserta Didik
    Bekal ajar awal peserta didik dapat pula diartikan kemampuan awal (entry behavior)
    adalah kemampuan yang yang telah diperoleh peserta didik sebelum dia memperoleh kemampuan terminal tertentu yang baru. Kemampuan awal
    menunjukkan status pengetahuan dan keterampilan peserta didik sekarang untuk menuju ke status yang akan datang yang diinginkan guru agar tercapai oleh peserta didik. Dengan kemampuan ini dapat ditentukan darimana pengajaran harus dimulai.
    Identifikasi bekal ajar awal peserta didik bertujuan untuk:
    1) Memperoleh informasi yang lengkap dan akurat berkenaan dengan kemampuan awal peserta didik sebelum mengikuti program pembelajaran tertentu;
    2) Menyeleksi tuntutan, bakat, minat, kemampuan serta kecendrungan peserrta didik berkaitan dengan pemilihan program program pembelajaran tertentu yang akan diikuti mereka; dan
    3) Menentukan desain program pembelajaran dan atau pelatihan tertentu yang perlu dikembangkan sesuai dengan kemampuan awal peserta didik.
    Teknik Mengaktifkan Bekal Ajar Awal Peserta Didik
    untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik, seorang pendidik dapat melakukan tes awal (pre-test). Tes yang diberikan dapat berkaitan dengan materi ajar sesuai dengan panduan kurikulum. Selain itu pendidik dapat melakukan wawancara, observasi, dan memberikan kuisioner kepada peserta didik atau calon peserta didik, serta guru yang biasa mengampu pelajaran tersebut. Teknik yang paling tepat untuk mengetahui bekal ajar awal peserta didik yaitu tes. Teknik tes ini menggunakan tes prasyarat dan tes awal. Sebelum memasuki pelajaran sebaiknya guru membuat tes prasyarat dan tes awal. Tes prasyarat adalah tes untuk mengetahui apakah peserta didik telah memiliki pengetahuan keterampilan yang diperlukan atau di syaratkan untuk mengikuti suatu pelajaran. Sedangkan tes awal adalah tes untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah memiliki pengetahuan atau keterampilan mengenai pelajaran yang hendak diikuti. Benjamin S. Bloom melalui beberapa eksperimen membuktikan bahwa “untuk belajar yang bersifat kognitif apabila pengetahuan atau kecakapan pra syarat ini tidak dipenuhi, maka betapa pun kualitas pembelajaran tinggi, maka tidak akan menolong untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi”. Hasil pretest juga sangat berguna untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan yang dimiliki dan sebagai perbandingan dengan hasil yang dicapai setelah mengikuti pelajaran. Jadi kemampuan awal sangat diperlukan untuk menunjang pemahaman siswa sebelum diberi pengetahuan baru karena kedua hal tersebut saling berhubung.


      Empat Tahap Perkembangan Kognitif Peserta Disik Menurut Piaget

(1)   tahap sensori motor (0–2 tahun),
Pada tahap sensori motor (0-2 tahun) seorang anak akan belajar untuk menggunakan dan mengatur kegiatan fisik dan mental menjadi rangkaian perbuatan yang bermakna. Pada tahap ini, pemahaman anak sangat bergantung pada kegiatan (gerakan) tubuh dan alat-alat indera mereka.

(2)   tahap pra-operasional (2–7 tahun),
Pada tahap pra-operasional (2-7 tahun), seorang anak masih sangat dipengaruhi oleh hal-hal khusus yang didapat dari pengalaman menggunakan indera, sehingga ia belum mampu untuk melihat hubungan-hubungan dan menyimpulkan sesuatu secara konsisten.

(3)   tahap operasional konkret (7–11 tahun),
Pada tahap operasional konkret (7-11 tahun), umumnya anak sedang menempuh pendidikan di sekolah dasar. Di tahap ini, seorang anak dapat membuat kesimpulan dari suatu situasi nyata atau dengan menggunakan benda konkret, dan mampu mempertimbangkan dua aspek dari suatu situasi nyata secara bersamasama. (misalnya, antara bentuk dan ukuran).

 (4) tahap operasional formal (11 tahun ke atas).
Pada tahap operasional formal (lebih dari 11 tahun), kegiatan kognitif seseorang tidak mesti menggunakan benda nyata. Tahap ini merupakan tahapan terakhir dalam perkembangan kognitif.











0 Response to "SOAL PERSIAPAN PRE-TES PKB 2017 DAN PEMBAHASAN KOMPETENSI PEDAGOGIK"