Assalamu'alaikum
wr.wb.
berikut ini kami akan
membagikan informasi terbaru tentang 15 Teknik Mengajar Pada Pertemuan Pertama
dan pertemuan berikutnya.
Bagi seorang guru,
baik guru senior maupun guru baru, hari pertama mengajar biasanya sedikit ada
rada-rada tegang, harap-harap cemas dan antusias. Bagaimanapun, kita akan
“berkarier solo” di kelas, mengendalikan para murid. Tak ada teman satu geng,
orang tua, pasangan, guru pendamping, atau mungkin fans, jika punya.
Banyak orang bilang,
pertemuan pertama itu akan menentukan kesan selanjutnya. Tak heran persiapan
kita untuk hari perdana itu musti full. Namun kalau terlalu tertekan, enggak
baik juga. Kita bisa grogi dan stress sendiri.
Penampilan luar diri
sendiri, checked. Silabus atau RPP, checked. Buku atau bahan ajar, checked.
Alat mengajar, checked. Hampir yang kita persiapkan sudah dicek dan siap. Tapi
perasaan khawatir atau deg-degan itu masih menyisa. Parahnya lagi, emang ada
pilihan lain selain menghadapinya?
Karena itu, kita
diskusikan ya, apa saja yang baiknya diperhatikan. Tips atau saran ini bisa
berlaku bagi guru baru, guru PPL, atau mungkin guru lama yang menghadapi
murid-murid baru. Jom!
1. Menguasai Materi
yang Akan Disampaikan
Keyakinan diri bisa
rontok manakala kita blank tentang apa yang hendak diajarkan pada anak-anak.
Apalagi untuk hari perdana, yang memang menentukan kesan kita selanjutnya.
Untuk itu, tak ada salahnya untuk mempelajari ulang sampai benar-benar mantap.
2. Mempersiapkan Skema
Mengajar
Selain poin pertama,
tak lupa, kita juga mesti meyakinkan segala bahan ajarnya siap. Kita bisa cek
apa yang hendak dipotokopi, alat apa yang hendak dibawa, atau media apa yang
hendak dipakai. Kalau bisa, hilangkan kebiasaan untuk melakukan persiapan di
menit-menit akhir.
3. Datang Lebih Awal
Bisa kita bayangkan
kalau datang terlambat, terus langsung menghadap kelas yang memang sudah siap.
Seketika itu, kita bisa jadi umpan empuk bagi sorot mata para siswa. Alangkah
baiknya untuk datang lebih dini. Kita bisa observasi ruangan, mempersiapkan
kegiatan belajar-mengajar kelak, atau mulai melihat-lihat siswa demi siswa yang
mulai berdatangan.
4. “Setor Muka” Pada
Rekan Kerja
Rasanya bukan
kewajiban jika kita langsung hapal nama, ho hp, atau alamat semua rekan kerja
yang ada. Namun disarankan untuk membuat keberadaan kita disadari mereka,
termasuk juga penjaga sekolah, satpam, ibu kantin, dsb. Beda lagi jika rekan
kerja tersebut akan menjadi “teman dekat” selama bekerja. Pendekatan kita bisa
lebih intens.
5. Membuat Diri Kita
Akrab dengan Sekolah atau Tempat Mengajar
Jika kita asing di
suatu tempat atau bangunan, tentu ada keraguan tersendiri ketika melangkah.
Beda lagi kalau sudah kenal dengan tempat tersebut, kemantapan atau rasa
percaya diri akan menjalar sendiri. Karenanya kita bisa ingat-ingat di mana
lokasi kamar kecil, kantin, perpustakaan, dsb.
guru, guru baru, guru
pemula, pertama kali mengajar, mengenal lingkungan sekolah, mengenal bangunan
sekolah baru, percaya diri, berjalan percaya diri, perempuan berjalan
sendirian, perempuan berjalan percaya diri
6. Ketahui Kebijakan
Sekolah yang Berlaku
Masing-masing sekolah
tentu memiliki prosedur atau kebijakan tersendiri. Jika ingin “aman” dan masuk
dalam rangkulan lingkungannya, kita tentu musti mempelajari dan mematuhinya.
Misalnya terkait seragam yang dipakai, cara izin jika tidak masuk, pembagian
durasi mengajarnya, sistem hukumnya, dsb.
7. Sapa Para Siswa dan
Usahakan untuk Menghapal Namanya
Seperti biasa, kita
sapa dan berikan senyuman pada para siswa. Usahakan untuk tidak terlalu
menampangkan rasa khawatir, “membocorkan” identitas diri sebagai guru fresh
yang belum berpengalaman, atau terlihat seperti sedang mengingat-ingat langkah
apa selanjutnya yang akan dilakukan. Kita pun bisa mulai mengenal mereka. Satu
per satu. Kalau bisa kita ingat-ingat namanya. Ketika menjadi siswa pun, hati
akan senang dan hangat bila guru bisa mengingat dan memanggil nama kita. Iya,
‘kan?
8. Mulai Belajar
Basa-basi di hari
perdana memang diperlukan juga. Tapi kita musti meyakinkan kalau siswa
mengambil “oleh-oleh” dari kita, dan dalam hal ini tentunya berupa materi. Soal
materi atau metodenya, tentu tergantung berbagai faktor, salah-satunya
tingkatan siswa itu sendiri.
9. Sosialisasikan
Aturan Belajar dengan Kita
Semasa sekolah, kita
menghadapi berbagai guru dengan beragam aturan yang mereka terapkan. Agar tak
salah paham di kemudian hari, kita pun bisa segera mensosialisasikan bagaimana
prosedur pembelajarannya. Apakah wajib membeli buku pegangan? Apakah cara belajarnya
akan memakai sistem presentasi? Apakah yang tidak mengerjakan PR akan dihukum?
Bagaimanakah sistem penilaian kita? Dsb.
10. Pertahankan
Interaksi atau Komunikasi
Kecanggungan mungkin
akan memeluk kita dan para siswa ketika suasana tiba-tiba hening. Jika
lama-lama, situasi tersebut tak hanya membosankan, namun juga mengusir
kenyamanan. Padahal kita akan berangsur-angsur menikmati kebersamaan dengan
mereka bila interaksi itu terus terjalin. Kita bisa berjalan di sekitaran
mereka, mengomentari pekerjaannya, siap sedia jika ada pertanyaan, dsb. Siswa
juga akan melihat kita sebagai sosok yang mudah dan menyenangkan untuk
didekati.guru dan murid, interaksi guru dan murid, komunikasi guru dan murid,
hubungan guru dan murid, kedekatan guru dan murid
11. Buka-bukaan
Guru juga manusia
biasa, dan tentu pernah menjadi siswa serta melakukan kesalahan juga. Kita bisa
share pengalaman tersebut. Kita juga bisa menjawab rasa ingin tahu mereka
tatkala ada yang bertanya. Misal tentang alamat, sekolah terdahulu, hobi, dsb.
Jika mulai masuk area privat dan kita kurang nyaman, lebih baik terbuka saja,
dan bilang kalau tidak semua yang bersifat pribadi itu musti dibagikan.
12. Membocorkan
Prestasi, Skill, atau Pengalaman
Suatu penghargaan atau
kemampuan tertentu membuat kredibilitas kita teruji. Bukan bermaksud untuk
menyombongkan diri, namun siswa patut tahu kita itu sekolah di mana dan
mengambil jurusan apa. Kita juga bisa membagikan pengalaman lain seperti pernah
juara apa, kerja di mana, melakukan penelitian apa, menulis buku apa,
berprestasi di bidang apa, bisa membuat apa, jago dalam hal apa, dsb. Tak
wajib, tapi hal ini akan memberi rasa percaya diri serta siswa pun merasa “lega”
sebab mereka ditangani oleh guru yang sesuai. Aamiin…
13. Beri Gambaran akan
Suasana Kelas “Ala Kita”
Kita bisa flashback
dulu ketika menjadi siswa. Guru A terkesan serius, guru B menegangkan, guru C
santai, guru D penuh tawa, dsb. Sekarang kita sendiri bisa menentukan dan
memberikan gambaran, kira-kira suasana KBM akan seperti apa. Dengan demikian,
siswa akan menyesuaikan diri.
14. Menata Meja atau
Ruangan Kerja
Biasanya, ruangan
kantor itu terbuka dan berisi meja-meja guru. Jarang ada sekolah yang
benar-benar menyediakan satu ruangan khusus untuk seorang guru, ya. Nah jika
mereka memang menyediakan meja khusus, kita bisa langsung menatanya. Misalnya
dengan mengatur letak buku absen, buku materi, silabus, dsb. Namun kita juga
musti mengonfirmasi dulu, apa mejanya “barengan” dengan guru lain atau tidak.
15. Minimal Seminggu
Awal, Semua Sudah Terencana
Untuk hasil yang lebih
meyakinkan, persiapan bagus kadang lebih mantap daripada spontanitas. Lebih
lagi posisi kita masih baru, belum tahu apa-apa soal keadaan sekolah. Sebisa
mungkin untuk satu mingguan, kita “patuh” pada susunan yang sudah dirancang
sebelumnya. Jika sudah akrab dan tak canggung, improvisasi akan terbentuk
sendiri.
Pada dasarnya, guru
adalah salah-satu profesi yang mulia. Banyak ladang amal yang bisa tercipta.
Seyogyanya kita melibatkan hati nurani ketika menjalankan semuanya. Orang
bilang, apa yang lahir dari hati akan sampai ke hati pula. Insya Allah.
Demikian berita dan
informasi terkini yang dapat kami sampaikan. Kami senantiasa memberikan berita
dan informasi terupdate dan teraktual yang dilansir dari berbagai sumber terpercaya. Terima Kasih atas kunjungan anda semoga informasi yang kami
sampaikan ini bermanfaat.
Sumber : http://www.rosediana.net/
0 Response to "15 TEKNIK MENGAJAR PADA PERTEMUAN PERTAMA, BUAT GURU BARU MAUNPUN SENIOR"
Post a Comment